Merajalelanya judi online di Indonesia membuat isu tentang judi selalu hangat untuk diperbincangkan. Apalagi pernah muncul wacana untuk menarik pajak dari judi online yang menuai pro kontra dan bagi sebagian orang adalah wacana yang absurd. Praktik perjudian mungkin sudah berlangsung ribuan tahun namun bagi sebagian negara masih enggan melegalkan praktik tersebut. Selain berkaitan dengan moralitas dan hukum, tentu bertentangan juga dengan nilai-nilai agama secara umum. Kitab suci agama Hindu juga menguraikan tentang perjudian, salah satunya yaitu Bhagavad Gita.
Kitab suci Bhagavad Gita berisikan dialog antara Krishna dan Arjuna, pada saat Arjuna mengalami keraguan pada medan tempur Kurukshetra karena harus berperang dengan keluarganya. Salah satu bagian Bhagavad Gita menjelaskan secara eksplisit berbagai bentuk manifestasi keilahian Krishna dalam wujud material. Beliau menjelaskan dalam Bhagavad Gita kedudukan manifestasi-Nya yang Maha di antara yang Maha (yang paling tinggi di antara yang paling tinggi). Sloka-sloka tersebut dapat kita temukan pada adhyaya X (Vibhuti Yoga) sloka 20-42. Salah satu sloka yang menarik perhatian adalah penyebutan diri-Nya sebagai perjudian. Sloka tersebut adalah Bhagavad Gita X.36 yang berbunyi sebagai berikut.
Also Read
dyūtaṁ chalayatāmasmi tejastejasvināmaham,
jayoʻsmi vyayasāyoʻsmi sattvaṁ sattvavatāmaham.Artinya:
Di antara penipuan akulah perjudian. Di antara yang terindah akulah kemuliaan. Akulah kemenangan, akulah usaha, dan akulah kebaikan dari yang terbaik. (BG terbitan Ditjen Bimas Hindu, 2021)
Pada bagian pertama sloka ini secara lugas menjelaskan bahwa di antara penipuan, Krishna adalah perjudian. Hal ini tentu bukan berarti Krishna menggambarkan diri-Nya sebagai sesuatu yang buruk, namun sebagai tanda bahwa baik dan buruk selalu dalam kendali-Nya. Secara sederhana pula bisa kita ketahui bahwa perjudian adalah bentuk penipuan yang paling tinggi. Lantas mengapa perjudian adalah bentuk penipuan tertinggi? Tentu kita masih ingat, kisah Mahabharata bagian Sabhaparwa saat Yudhistira yang dipermalukan oleh Sakuni dalam permainan dadu. Yudhistira harus kehilangan, kuda, gajah, kerajaan, saudara, Drupadi (istri Pandawa), bahkan berakhir dengan Drupadi mendapatkan perlakuan yang buruk di depan suaminya dan para tokoh besar Hastinapura. Tidak hanya sekali, Yudhistira kembali mendapat bujukan untuk bermain dadu dan berakhir dengan kekalahan. Pandawa pun harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, dan hidup dalam penyamaran setahun kemudian.
Pada perjudian tersebut memang penipuan sangat terang benderang terjadi karena Sakuni mampu mengendalikan dadu agar memberikan angka yang ia butuhkan. Tapi apakah hanya pada Mahabharata saja perjudian itu tidak fair sehingga Yudhistira selalu kalah? Tentu tidak semua orang memiliki kemampuan seperti Sakuni. Lantas masihkah akan selalu ada penipuan dalam perjudian? Jawabannya sudah pasti ya. Hal pertama yang selalu muncul pada benak orang-orang yang akan berjudi adalah seolah menjanjikan keuntungan yang besar dan instan. Parahnya lagi pada era digital sekarang banyak situs judi online yang menjanjikan kemenangan yang jelas-jelas tidak masuk akal. Karena tidak akan ada sebuah bisnis yang akan membagikan uangnya secara gratis begitu saja tanpa mengharapkan imbalan apapun.
Secara langsung maupun tidak, perjudian memang mengandung banyak penipuan. Setiap permainan judi memang secara tidak langsung selalu menjanjikan kemenangan yang besar bagi setiap calon pemainnya. Bayang-bayang kemenangan tersebut seolah-olah muncul secara tiba-tiba, menjelma ilusi pada diri setiap calon pemain judi. Ilusi tersebut membentuk keyakinan akan kemenangan yang besar sehingga membuat seseorang memutuskan untuk berjudi. Bayang-bayang ilusi tersebut secara tidak sadar menipu dan menghipnotis orang-orang untuk “bermain.”
Tapi sering juga kita temukan para pemain yang untung besar saat berjudi, jadi kemungkinan menang masih ada kan? Menang kecanduan, kalah penasaran memang menjadi slogan yang sangat pas untuk menggambarkan perjudian. Merajalelanya perjudian online saat ini yang terang-terangan menjadi penghisap uang para pemain, karena setiap hasil dalam setiap taruhan diatur oleh algoritma. Skala antara untung rugi pasti lebih banyak ruginya, karena bandar judi online juga membutuhkan biaya yang besar untuk memelihara server judinya. Entah benar atau tidak setiap penjudi tidak pernah menghitung kekalahan yang pernah mereka alami, namun sekali kemenangan besar yang mereka dapatkan terus-terusan membayangi sehingga membuat para penjudi susah berhenti.
Pada aspek yang lain, para penjudi sebenarnya di bawah pengaruh Lobha (kerakusan) yang mengakibatkan kemabukan akan harta. Sekarang pun masih sering kita temukan para pecandu judi yang kehilangan seluruh harta kekayaan, memiliki hutang yang besar, ditinggalkan oleh seluruh keluarga, bahkan yang paling buruk hidupnya berakhir dengan bunuh diri. Hal ini juga seharusnya menyadarkan para penjudi bahwa setiap keuntungan yang mereka dapatkan mengandung penderitaan dari pemain yang lain. Ada salah satu film berjudul “No More Bets” yang bertujuan untuk mempengaruhi warga negara Cina untuk berhenti berjudi. Film tersebut juga menjelaskan bagaimana parahnya industri judi online dan perilaku serta dampak buruk pemain judi online.
Kerugian para penjudi tidak hanya soal harta melainkan juga kerugian waktu. Daripada menghabiskan waktu dengan berjudi yang hasilnya lebih sering kalah, tentu saja akan lebih baik jika waktu tersebut berguna untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Selain itu, hasrat berjudi juga akan sulit terkendali karena judi lama-kelamaan akan membentuk kebiasaan dan berpengaruh pada arus dopamin (hormon kebahagiaan) pada otak (jika tidak berjudi rasanya ada yang kurang).
Kesimpulannya, setiap perjudian akan selalu membawa kita pada bayang-bayang ilusi akan kemenangan yang besar sehingga senantiasa menipu seseorang untuk terus bermain, raja sebijaksana Yudhistira pun kesulitan menghadapi godaan akan judi. Tulisan ini tidak bertujuan untuk menghentikan segala praktik perjudian di muka bumi, melainkan hanya mengingatkan kembali hasrat dan dampak negatif yang senantiasa timbul. Tulisan ini juga bertujuan menguraikan salah satu sloka suci dari Bhagavad Gita yang umat Hindu percayai sebagai kebenaran. Ungkapan “Kemenangan terbesar seorang penjudi adalah berhasil keluar dari siklus berjudi” mungkin akan menjadi kalimat penutup yang pas untuk tulisan ini.